Perjalanan Hidup Soekarno
Perjalanan hidup Ir. Soekarno dimulai dari masa ketika ia lahir dari pasangan aristokrat Raden Soekemi Sosrodihardjo yang merupakan guru TK di Jawa dan istri Bali-nya yang berasal dari kasta Brahma, bernama Ida Ayu Nyoman Rai. Soekarno kecil dilahirkan pada tanggal 6 Juni 1901 dan memiliki nama Kusno Sosrodihardjo. Setelah lulus dari SD lokal pada tahun 1912, Soekarno dikirim menuju Europeesche Lagere School, sebuah sekolah SD Belanda yang terletak di Mojokerto. Pada tahun 1916, ayahnya mengirim Soekarno ke Surabaya untuk masuk ke Hogere Burger School (sebuah sekolah persiapan kuliah milik Belanda) dimana Soekarno bertemu Tjokroaminoto, seorang nasionalis dan pendiri Sarekat Islam, sekaligus pemilik tempat kos yang ia tinggali saat itu. Empat tahun setelahnya, Soekarno kemudian menikahi Siti Oetari yang merupakan anak dari Tjokroaminoto. Pada tahun 1921, Soekarno akhirnya berhasil masuk ke Technische Hogeschool (sekarang ITB) di Bandung.
Perjalanan hidup Ir. Soekarno dimulai dari masa ketika ia lahir dari pasangan aristokrat Raden Soekemi Sosrodihardjo yang merupakan guru TK di Jawa dan istri Bali-nya yang berasal dari kasta Brahma, bernama Ida Ayu Nyoman Rai. Soekarno kecil dilahirkan pada tanggal 6 Juni 1901 dan memiliki nama Kusno Sosrodihardjo. Setelah lulus dari SD lokal pada tahun 1912, Soekarno dikirim menuju Europeesche Lagere School, sebuah sekolah SD Belanda yang terletak di Mojokerto. Pada tahun 1916, ayahnya mengirim Soekarno ke Surabaya untuk masuk ke Hogere Burger School (sebuah sekolah persiapan kuliah milik Belanda) dimana Soekarno bertemu Tjokroaminoto, seorang nasionalis dan pendiri Sarekat Islam, sekaligus pemilik tempat kos yang ia tinggali saat itu. Empat tahun setelahnya, Soekarno kemudian menikahi Siti Oetari yang merupakan anak dari Tjokroaminoto. Pada tahun 1921, Soekarno akhirnya berhasil masuk ke Technische Hogeschool (sekarang ITB) di Bandung.
Ketika melanjutkan kuliah di Bandung, Soekarno memfokuskan dirinya untuk mengambil jurusan civil engineering dan mengambil jurusan arsitektur. Pada saat dia berada di Bandung inilah ia bertemu Inggit Garnasih, yang pada saat itu adalah istri dari pemilik rumah kos tempat ia tinggal, Sanoesi. Perbedaan usia Inggit yang lebih tua 13 tahun dari Soekarno tidak membuatnya gentar, dan mereka berdua kemudian menjalin kisah asmara. Pada tahun 1923, kisah rumah tangga Soekarno dan Siti Oetari berakhir karena Soekarno ingin menikahi Inggit, dimana Inggit juga akhirnya menceraikan suaminya agar mereka berdua bisa menikah.
Kisah hidup Ir. Soekarno mulai memasuki babak baru ketika ia mempelajari banyak hal. Dalam masa pembelajarannya ini, Soekarno dinilai amat modern baik dalam pandangan arsitektural maupun politik. Ia sangat membenci feodalisme Jawa yang ia nilai hanya membawa negara mundur dan menyalahkan sistem tersebut sebagai alasan mengapa Belanda bisa sampai datang, menduduki Indonesia, dan mengeksploitasinya. Ia juga menyalahkan kurangnya pendidikan dan kemiskinan masyarakat sebagai alasan bisa dilakukannya imperialisme barat, yang oleh Soekarno disebut dengan exploitation de l’homme par l’homme. Kemudian dikeluarkanlah semua ide yang ia miliki ini melalui rancang kota dan sosial politiknya, walaupun ia tak memperdalam minatnya akan seni modern ke bidang musik pop. Bagi Soekarno, modernitas itu tidak memandang ras, indah dan cakap dipakai, dan anti-imperialis.
Sebenarnya ide nasionalis sendiri sudah hinggap pada jiwa Soekarno ketika ia tinggal bersama Tjokroaminoto. Pada masa inilah ia pertama kali terpapar kepada nasionalisme. Hasilnya adalah ketika ia menjadi pelajar di Bandung, ia terus mempelajari filsuf politik agama, Eropa, Amerika, komunis, dan nasionalis, dimana pada akhirnya ia menciptakan ideologi politik sendiri yang merupakan self-sufficiency sosialis bergaya Indonesia. Ide ini kemudia ia beri nama Marhaenisme yang berasal dari Marhaen, rakyat jelata yang ia temui di Bandung dimana Marhaen memiliki sebidang tanah sendiri, mengerjakannya sendiri, dan mendapat penghasilan yang cukup untuk menghidupi keluarganya. Selain itu juga di universitasnya, Soekarno mulai mengorganisir sebuah klub belajar untuk murid-murid Indonesia.
Perjalanan hidup Ir. Soekarno kembali berubah ketika ia dan salah satu temannya dari klub belajar di universitasnya membentuk partai pro-kemerdekaan yang diberi nama Partai Nasional Indonesia (PNI). PNI merupakan partai yang mempromosikan sekularisme dan persatuan dari banyaknya etnis di Hindia-Belanda demi mencapai Indonesia yang bersatu. PNI mulai tenar ketika Sarekat Islam dibubarkan pada awal 1920-an dan hancurnya Partai Komunis Indonesia setelah gagal melakukan pemberontakan pada tahun 1926. Karena hal ini juga PNI mulai terendus oleh pemerintahan kolonial, menyebabkan seringnya terjadi gangguan oleh polisi kolonial yang berujung pada penangkapan Soekarno dan beberapa tokoh kunci PNI. Soekarno kemudian dijatuhi hukuman penjara 4 tahun di Suka miskin, Bandung, tapi dibebaskan pada tanggal 31 Desember 1931 karena pidatonya yang menggema di hati setiap masyarakat, menciptakan tekanan pada bihak Belanda. Ketika dilepaskan, Soekarno sudah menjadi pahlawan yang populer di setiap bagian negara Indonesia.
Setelah kejadian penangkapan berlalu, Soekarno mulai menyibukkan diri dengan masa-masa kebangkitan nasional dimana Soekarno dan Hatta sudah memperhitungkan tentang perang Pasifik dan kemungkinan Jepang maju ke Indonesia yang amat krusial bagi upaya kemerdekaan Indonesia. Pihak Jepang ternyata memiliki catatan sendiri tentang Soekarno yang membuat mereka mendekati Soekarno dengan penuh hormat, bertujuan untuk menggunakannya sebagai pengorganisir orang-orang Indonesia sementara Soekarno berniat menggunakan Jepang sebagai motor penggerak kemerdekaan Indonesia.
Kisah hidup Ir. Soekarno kembali membuka halaman baru setelah para penjajah hilang dari muka Indonesia, dengan kesibukannya yang kini menjadi presiden pertama Indonesia dibantu dengan Mohammad Hatta sebagai wakilnya. Soekarno juga menciptakan beberapa strategi dan pemikiran saat pasukan Sekutu kembali datang ke Indonesia. Soekarno digulingkan oleh Soeharto pada 12 Maret 1967, dan menjadi tahanan rumah di Istana Bogor. Soekarno kemudian meninggal dunia pada 21 Juni 1970 karena gagal ginjal.
Sekian artikel mengenai Sejarah Singkat Kisah Hidup Ir. Soekarno – Bapak Proklamator RI, semoga bermanfaat dan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan kita mengenai tokoh nasional yang sama-sama kita banggakan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar